Gelapnya langit malam di Bandara Soekarno Hatta saat itu mengawali perjalanan Aulia Bahadhori Mukti atau akrab disapa Mas Aul menuju Provinsi Papua Tengah bersama dengan tim BPH lainnya. Perjalanan ini bertujuan untuk melaksanakan proyek Inventarisasi Karakteristik Ekosistem Gambut di areal kerja sebuah perusahaan sawit dalam Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) Sungai Ajari – Sungai Kubai, Kabupaten Nabire. Pesawat yang ditumpangi Mas Aul dan tim lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta pada jam 23.00 WIB dan tiba di Bandara Sentani Jayapura keesokan harinya di jam 06.00 WITA. Dari Bandara Sentani, mereka terbang menuju Bandara Nabire di jam 09.00 WITA. Sesampainya di Bandara Nabire, Mas Aul dan tim dijemput menuju lokasi survei menggunakan mobil jemputan. Selama perjalanan darat tersebut, keindahan alam Papua semakin terasa nyata. Pantai-pantai berpasir putih yang bersih, dikelilingi oleh hutan mangrove yang rimbun, memberikan suasana yang tenang dan damai.
Hari kedua di Nabire dimulai dengan semangat pagi yang penuh energi. Pukul 08.00 WITA pagi, Mas Aul dan tim melaksanakan pertemuan untuk menyampaikan rencana teknis pengumpulan data. Tepat setelah makan siang, Mas Aul dan tim melanjutkan kegiatan dengan melaksanakan overview jalur survei ke areal gambut tempat pengambilan data sebagai persiapan untuk kegiatan turun lapang keesokan harinya. Pada sore hari di sela-sela waktu istirahat, Mas Aul dan tim menyempatkan diri untuk berinteraksi dengan masyarakat lokal yang berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka dalam menjaga dan mengelola lahan gambut. Interaksi ini memberikan wawasan berharga mengenai praktik tradisional yang berkontribusi pada keberlanjutan ekosistem tersebut.
Hari ketiga dan keempat di Nabire, Mas Aul dan tim melaksanakan pengambilan data. Pengumpulan data dimulai dari jam 08.00 WITA sampai 16.00 WITA di areal gambut. Kegiatan ini meliputi pengambilan data dan informasi mengenai lokasi, keberadaan, dan kondisi lahan gambut. Selain itu juga meliputi karakteristik fisika, kimia, biologi, hidrotopografi, dan jenis sedimen di bawah gambut. Untuk kebutuhan analisis laboratorium, Mas Aul dan tim mengambil contoh tanah dan air dari berbagai titik. Sepanjang hari mereka melintasi lahan gambut yang penuh dengan keanekaragaman hayati, menyaksikan berbagai jenis tumbuhan dan satwa yang hidup di sana.
Salah satu dari sekian banyak tumbuhan yang dijumpai yang menarik perhatian Mas Aul, adalah Terantang (Campnosperma brevipetiolatu). Tumbuhan ini banyak ditemui di sekitar titik pengamatan dan merupakan penciri dari tumbuhan ekosistem gambut yang berada di sekitar hutan rawa dataran rendah yang berlokasi tidak jauh dari titik pengamatan. Mayoritas terantang yang ditemui memiliki kondisi daun yang berlubang. Hal ini menjadi topik menarik untuk ditelusuri. Sementara untuk pengamatan satwa tidak ditemukan keberadaan satwa yang dilindungi baik melalui pengamatan langsung. Namun berdasarkan penuturan warga, hewan yang sering terlihat yang berdekatan dengan hutan rawa dataran rendah adalah burung kakatua (Cacatus moluccensis).
Hari kelima di Nabire, Mas Aul dan tim melanjutkan pengambilan data ke areal gambut. Dikarenakan pengambilan data tidak sebanyak kemarin, turun lapang hari ini hanya sampai siang hari. Sisa waktu di hari itu difokuskan pada rekapitulasi data yang telah dikumpulkan. Serta merumuskan rekomendasi untuk membangun sistem drainase dan pengelolaan gambut berkelanjutan bersama tim.
Hari keenam di Nabire, digunakan untuk diskusi mengenai hasil temuan lapangan dan sekaligus menutup aktivitas pengumpulan data lapangan. Pertemuan berjalan lancar pada hari itu. Sisa waktu dihabiskan Mas Aul dan tim untuk menikmati suasana Nabire sebelum pada akhirnya besok pagi pergi meninggalkan kabupaten tersebut. Bagi Mas Aul sendiri, perjalanan ini sangatlah berkesan karena merupakan pengalaman pertamanya mengunjungi dan melihat langsung areal ekosistem gambut di daerah Papua. Masyarakatnya memiliki pengetahuan tradisional mengenai cara mengelola dan memanfaatkan lahan gambut secara berkelanjutan. Salah satu contohnya adalah teknik pengelolaan air di lahan gambut, dimana mereka membangun kanal-kanal kecil yang berfungsi untuk mengatur sirkulasi air. Sirkulasi air ini akan menjaga kelembaban lahan gambut agar tetap stabil, mencegah kekeringan, dan mendukung pertumbuhan tanaman. Selain itu, budaya gotong royong yang kuat serta ritual dan adat yang terkait alam masih sering dilakukan oleh masyarakat setempat. Kombinasi keanekaragaman hayati, fungsi ekologis yang vital, dan nilai budaya membuat lahan gambut di Nabire menjadi kawasan yang unik dan berharga.
Keesokan harinya, Mas Aul dan tim bersiap untuk meninggalkan Nabire yang telah menjadi tempat bernaung selama beberapa hari kemarin. Jika saat keberangkatan mereka mendarat di Bandara Sentani Jayapura, kali ini mereka terbang meninggalkan Papua dari Bandara Mozez Kilangin di Mimika. Sesampainya disana, Mas Aul dan tim menunggu jadwal penerbangan di dalam bandara yang merupakan terbesar di Indonesia. Pukul 12.00 WITA, pesawat yang ditumpangi Mas Aul dan tim pun lepas landas menuju Bandara Soekarno Hatta, Tangerang. Sesampainya Mas Aul dan tim di Bandara Soekarno Hatta, menandakan berakhirnya rangkaian perjalanan mereka di Nabire. Perjalanan yang menyenangkan selama satu minggu di kabupaten yang dikenal sebagai surga tersembunyi di Tanah Papua.
Sekian series Bhumi Bercerita kali ini! Nantikan series-series berikutnya ya Sobat Bhumi!
Terima kasih dan sampai jumpa.